Bienvenida...


بسم الله توكلت على الله... ﻻحل وﻻقوة اﻻ بالله...

Rabu, 01 Juni 2011

Dunia Kotak Kaca Part 1

Honda Jazz merah yang baru saja menghuni parkiran SMA Pusaka nampak berkilauan tertimpa cahaya matahari. Dinda yang baru keluar dari balik kemudinya memicingkan mata untuk menghalau sinar yang menyilaukan matanya. Dinda meninggalkan parkiran dengan sedikit kesal. Namun merasa terhibur ketika beberapa teman lelakinya melemparkan siulan usil.
BRUK...
". Auw... Lihat-lihat dong kalo jalan. Loe pikir jalan bokap loe!." Dinda memekik kesal. Kekesalannya memuncak ketika tangan kecil tapi kuat itu menariknya berdiri dengan kasar.
". Sori gue gak sengaja. Lagian loe juga sih Din, jalan aja pake pose segala. Sadar dong, inituh parkiran, bukan catwalk." Nadhira si ceria ngomel di di depan Dinda yang masih bersungut marah. Dia gak terima dibentak ama cewek sarap satu ini.
". Elo tuh.." Dinda mengacungkan jarinya di depan muka Nadhira yang super nyebelin di matanya.
". Udah dong ah.. Kalian berantem kayak anak TK. Malu sama umur. Lagian kalian kan sama-sama gak sengaja." Aluna menengahi mereka berdua dengan santai, sambil menguncir rambut semi ikalnya.
". Jangan sok jadi pahlawan deh Lun. Masih kepagian." Bentak Dinda. Bete abis waktu Aluna malah masang wajah sok malaikat di depannya.
". Lagian ini tuh masalah harga diri. Bilangin tuh ama temen lo, kalo punya mata tuh dipasang. Bukan diplastikin mulu." Dinda masih mengomel sambil beranjak pergi dari hadapan mereka dan menyenggol bahu keduanya. Dengan sengaja.
". Elo tuh pura-pura gak liat apa emang buta darisananya sih? Mata gue segede jengkol gini masih aja gak liat." Nadhira berteriak napsu. Tapi seneng banget pas tahu puluhan mata menatapnya kagum. Jarang banget mereka nemu orang yang berani nginjak harga diri cewek snobbish macem Dinda.
Dinda hampir saja membalas perkataan yang menamparnya dari mulut si ceriwis Nadhira. Tapi begitu mendengar cekikikan halus di sekitarnya, Dinda memutuskan tetap melenggang menuju kelasnya. Bisa ancur reputasinya sebagai cewek tercantik kalo terlihat kalah di depan cewek 'gak banget' macem Nadhira.
". Kayaknya yang pantes pake kacamata itu si Dinda deh Lun. Bukan elo." Guman Nadhira melunak. Capek juga ngeladenin nenek gila macem si Dinda walau sebentar.
Aluna hanya tersenyum tipis seperti biasa. Dia memberikan buku paket Biologi yang baru saja dikeluarkan dari tasnya kepada Nadhira.
". Kamu pasti belum belajar buat ulangan abis istirahat kan?." Tanya Aluna kalem.
Nadhira bengong sebelum mata bulat besar miliknya itu melotot panik.
". Ya ampun, mati gue. Ulangan biologi ya? Mana ada peernya, lagi." Nadhira menepuk jidatnya.
". Gue ngintip punya elo ya Lun, pliz..masa loe tega ama gue. Boleh ya?." Nadhira cepat memasang wajah penuh memelasnya. Aluna menatap heran dan akhirnya mendesah pelan.
". Aku baik ama kamu kali ini aja ya. Lain kali jangan harap deh.." Kata Aluna menenangkan Nadhira. Nadhira memeluk Aluna senang. Dia tahu Aluna gak serius ngomong kaya gitu. Orang tiap ulangan dia ngintip punya Aluna terus kok. Hehe...
". Makasih Lun.."


*  *  *

Tora melihat semuanya dan merekam dengan jelas adegan ketiga cewek beda variasi itu di otaknya. Dia tersenyum meremehkan melihat gadis berambut panjang itu gondok abis diusilin si cerewet Nadhira dan sahabatnya. Aluna.
Ternyata memang Aluna satu-satunya gadis yang mampu mencairkan gunung es di hatinya. Hanya Aluna. Tora menegaskan lagi dalam hatinya. Tora ingin sekali menjadikan Aluna sebagai ratunya. Dan dia berniat melakukannya sepulang sekolah hari ini.
". Tor, final basket yang diadain di sekolah kita udah beres ini itunya kan? Tinggal tanding doang?." Si berisik Adam mengusik dunia Tora. Membuatnya harus menyimpan gadis spesial itu dalam hati.
". Udah. Minggu depan loe tinggal berusaha menang aja kapten." Jawab Tora santai.
Adam menghampiri Tora dan melongok ke parkiran.
". Manis." Gumam Adam pelan tapi terdengar juga oleh Tora.
Pasti Dinda. Batinnya.
Tora bosen banget dengernya. Semua lelaki memuja kecantikan fisik Dinda yang sombong abis itu.
". Tenang aja Pak Ketua. Tim gue pasti menang. Gak bakal ngecewain elo kok." Adam menepuk pundak Tora.
". Gue ke kelas dulu ya." Adam meninggalkan kantor OSIS sambil mendrible bolanya. Di depan Adam yang terlalu ceriwis untuk lelaki, memang lebih baik jadi pendengar saja.
Tora membalikkan tubuhnya lagi. Menatap kedua sahabat yang sedang berpelukan.

*  *  *

". Titan, gue udah ngirim surat izin ke sekolah loe. Jam 9 loe ada pemotretan sampul majalah. Jam 11 loe ada jumpa fans. Jam 1 ampe jam 9 malem lo free. Tapi jangan ampe keluar apartemen loe karena katanya ada paparazi di kawasan apartemen loe. Loe denger gue kan Tan? TITAN..?." Mas Saman, manager Titan berteriak stress waktu tahu artis cuconya itu malah sibuk dengerin i-pod.
Titan terlonjak kaget dan langsung mencopot i-podnya.
". Iya gue denger. Berarti jam 1 kedepan gue boleh maen dong?." Kata Titan girang. Mas Saman melotot gede. Merasa artisnya udah mulai tuli. Titan mengerti dan mendesah pelan.
". Ini buat kebaikan loe juga Tan, lo gak mau kan digosipin macem-macem?." Mas Saman sedikit melunak. Titan tersenyum dan kembali memakai i-podnya. Dirinya kadang jenuh dengan aktivitas yang berputar di kesehariannya. Andaikan bisa ada masa tenang sehari saja, Titan pasti tak akan melupakannya.

*  *  *

Tora baru melangkah keluar gerbang sekolah saat melihat gadis pujaannya melintas di depannya.
Harus sekarang.
Batin Tora dalam hati. Tora mendekatinya dengan mantap.
". Aluna tunggu!." Tora menghentikan langkah Aluna. Gadis itu menoleh.
". Ada apa?." Tanyanya sopan.
". Aku mau bilang kalo aku...."

*  *  *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nyok komen2...!!! ^_^