Bienvenida...


بسم الله توكلت على الله... ﻻحل وﻻقوة اﻻ بالله...

Rabu, 01 Juni 2011

Dunia Kotak Kaca Part 2

". Aluna tunggu!." Tora menghentikan langkan Aluna. Gadis itu menoleh.
". Ada apa?." Tanyanya sopan.
". Aku mau bilang kalo aku... Aku..." Tora merasa dirinya bodoh. Tak bisa mengungkapkan isi hatinya segamblang itu. Ketua OSIS yang slalu juara pidato itu tiba-tiba merasa jadi orang paling gagu se jagad raya.
". Iya, kamu kenapa Tora?." Tanya Aluna heran melihat ketua OSIS itu terlihat ragu-ragu.
". Ak..aku mau bilang kalo aku butuh kamu.." Kata Tora terbata.
". Butuh buat apa?." Tanya Aluna bingung mendapati ketua OSIS ini jadi gagu.
". Aku butuh kamu...buat jadi manager tim basket yang baru. Soalnya yang lama masih sakit." Akhirnya hanya itu yang bisa keluar dari mulu Tora. Dirinya mengumpat pelan dalam hati.
". Oh..boleh kok. Tapi mulai besok ya. Aku pulang dulu." Aluna mengangguk masih dengan wajah bingungnya lalu pergi meninggalkan Tora yang masih linglung sendirian. Tora mengumpat lagi dan berjalan cepat menuju mobilnya.


*  *  *

Adam baru saja mengemasi pakaian olahraganya dan mengguyur tenggorokannya dengan sebotol air dingin. Sambil mendrible bola, dia memutar-mutar kunci motor sport hitam kesayangannya yang nongkrong di parkiran. Adam melajukan motornya pelan. Kelelahan. Merasa fisiknya terlalu diforsir akhir-akhir ini. Adam baru saja akan membelokkan motornya ke kiri ketika melihat seseorang berjalan berlawanan arah dengannya. Adam memutuskan mengikuti orang itu. Merasa dirinya tak pernah sesemangat ini.

*  *  *

Titan melempar tubuhnya ke atas sofa empuk setelah kelelahan usai jumpa fans yang dihadirinya. Mas Saman pergi menemui perusahaan mobil yang akan menggunakan jasanya lusa esok.
Titan membalikkan tubuhnya lalu terpaku pada ayunan jarum jam yang berirama. Titan tersenyum lebar lalu berubah jadi tawa lepas yang begitu riang. Baru saja sebuah ide gila terlahir cepat di otak lelahnya.

*  *  *

Rambu-rambu masih merah. Dinda turun dari mobilnya melihat kejadian tak bertanggung jawab.
". Eh Mas, elo kalo salah minta maaf yang bener. Tanggung jawab dong." Dinda bersimpuh di samping perempuan tua yang kakinya berdarah karna jatuh terserempet mobil berandalan yang baru saja dimakinya.
". Ini bukan urusan lo. Gue udah ganti rugi tapi tuh orang tua malah nyolot." Ujar pemuda itu.
". Brengsek lo ya. Itu penghinaan namanya." Dinda murka abis. Pemuda itu melemparkan uang ke korbannya dan merasa itu yang namanya tanggung jawab?
". Gak usah sok nyolot gitu dong. Kalo mau lo aja yang nanganin dia." Pemuda itu melemparkan selembar 50 ribuan dan pergi dari sana.
Dinda benar-benar heran. Kenapa orang yang ditemuinya hari ini nyebelin semua. Dinda membantu ibu itu berdiri dan memapahnya memasuki mobil. Lampu berubah hijau dan bunyi klakson tak sabaran memburunya. Dinda melajukan mobilnya cepat ke rumah sakit terdekat.
Seseorang yang memperhatikan di balik kemudi mobil di belakang Dinda menganga tak percaya. Seakan dia baru saja mengalami mimpi siang bolong teraneh abad inh.

*  *  *

Wajah Aluna terlihat tegang. Tak sesantai langkahnya ketika mendekati pagar rumah. Didekapnya tas selempang warna putih miliknya dengan bergetar. Aluna menyembunyikan sebagian tubuhnya di balik tembok. Dirinya memberanikan diri mengintip sedikit. Tanpa menyadari kehadirannya, di beranda rumah orang tuanya bertengkar heboh. Ayahnya meneguk minuman botolnya dengan santai sementara ibunya berteriak-teriak sembari menangis. Kepala Aluna sudah terlalu pusing untuk bisa mencerna apa yang diributkan orang tuanya. Matanya menatap takut saat melihat botol minuman sang ayah kini melayang cepat dan...
PRAK...
Botol kaca itu baru saja pecah di keningnya dan merobek kulitnya. Aluna terdorong keras dan merasa melayang jatuh. Tiba-tiba sebuah tangan kokoh menangkap tubuhnya dengan mantap.

*  *  *

Nadhira menyusuri satu persatu toko alat kimia di jalan itu. Gara-gara ulangan biologinya lisan, Nadhira gak bisa ngintipin Aluna hingga dia harus remidial dengan membeli satu tabung reaksi. Nadhira memutuskan mengisi perutnya dulu di sebuah kafe yang tidak terlalu ramai. Tiba-tiba saja seseorang bertopi dan berkacamata hitam mirip maling yang lagi di kejar-kejar bersembunyi di bawah meja tempatnya duduk. Nadhira kaget dan menendang orang itu. Orang itu memekik tertahan. Nadhira baru akan membentak orang itu ketika mulutnya dibekap dan malah ikut ditarik ke kolong meja.
". Saya bukan orang jahat Mbak. Mbak harus tolong saya dan jangan teriak. Oke?." Kata orang itu terdengar memelas, panik dan takut. Nadhira mengangguk sama takutnya. Orang itu melepaskan Nadhira dan menyuruhnya duduk. Nadhira udah gak bisa mikir. Dia nurut aja. Tiba-tiba seseorang datang mendekatinya sambil membawa kamera.
". Maaf Mbak, liat orang tinggi, pake topi dan kacamata hitam gak?." Tanya orang itu sopan.
Nadhira menatap dengan wajah super pongo. Menghayal kalau dirinya sekarang lagi masuk acara buser.
". Hah? Oh..orang itu ya? Lari kesana tuh!." Nadhira menjawab gugup. Orang itu terlihat senang.
". Makasih Mbak, makasih." Orang itu meninggalkan Nadhira namun sempat melirik ragu sebelum akhirnya pergi.
". Aduh...makasih ya Mbak. Auw..." Nadhira menjawil telinga orang itu penuh napsu.
". Eh, loe maling ya? Ngapain lo dikejar-kejar kuli tinta?." Nadhira menarik kacamata hitam dan topi orang itu.
". Aduh...saya bukan maling Mbak. Ampun. Mbak percayakan? Mbak... Mbak...?." Orang itu melambaikan tangannya di depan Nadhira yang tiba-tiba diam dan pucat pasi. Takutnya orang ini kena serangan jantung.
". Kamu.. Kamu.. Kamu.. " Nadhira syok abis.
". Arrrggghhh......"

*  *  *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nyok komen2...!!! ^_^